google.com/foto |
Segala apa yang dapat dijual dapat pula menjadi obyek perjanjian tukar-menukar. Dalam melakukan perjanjian tukar-menukar, masing-masing pihak harus pemilik dari barang yang dia janjikan untuk serahkan dalam tukar menukar itu. Adapun syarat bahwa masing-masing harus pemilik itu, baru berlaku pada saat pihak yang bersangkutan menyerahkan barangnya atau tepatnya menyerahkan hak milik atas barangnya. Juga mengenai barang bergerak disini berlaku ketentuan pasal 1977 BW.
Begitu pula kewajiban untuk menanggung akan menikmati tenteram dan terhadap cacad-cacad tersembunyi berlaku bagi seorang yang telah memberikan barangnya dalam tukar-menukar. Adanya kealpaan dalam menunaikan kewajiban-kewajiban tersebut merupakan wanprestasi yang merupakan alasan untuk menuntut ganti-rugi atau pembatalan perjanjian. Pasal 1546 BW berbunyi : untuk selanjutnya aturan-aturan tentang perjanjian jual beli berlaku terhadap perjanjian tukar-menukar.
Bagaimana risiko dalam perjanjian tukar-menukar? Pasal 1545 berbunyi : Jika suatu barang tertentu yang telah dijanjikan untuk ditukar, musnah diluar kesalahan pemiliknya, maka persetujuan dianggap sebagai gugur dan siapa yang dari pihaknya telah memenuhi persetujuan dapat menuntut kembali barang yang ia telah berikan dalam tukar-menukar.
sumber :
Subekti. 2014. Aneka Perjanjian.Bandung : PT Citra Aditya Bakti.
Kitab Undang-undang Hukum Perdata/ BW (Burgelijk Wetboek
Kitab Undang-undang Hukum Perdata/ BW (Burgelijk Wetboek
Tidak ada komentar:
Posting Komentar